Gupi, ikan
seribu, ikan cere, atau suwadakar (Poecilia reticulata), adalah
salah satu spesies ikan hias air tawar yang paling populer di dunia. Karena mudahnya
menyesuaikan diri dan beranak-pinak, di banyak tempat di Indonesia ikan ini telah menjadi ikan liar yang memenuhi parit-parit dan selokan. Dalam
perdagangan ikan hias dikenal sebagai guppy atau juga millionfish[1], di
berbagai daerah ikan ini juga dikenal dengan aneka nama lokal seperti gepi (Btw.), bungkreung (Sd.), cethul atau cithul (Jw.), klataw (Bjn.), dan lain-lain.
Gupi merupakan anggota suku Poecilidae yang berukuran kecil. Jantan dan betina dewasa mudah dibedakan baik dari
ukuran dan bentuk tubuhnya, maupun dari warnanya (dimorfisme seksual).
Panjang total tubuh ikan betina antara 4–6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil, sekitar 2½–3½
cm. Ikan jantan memiliki warna-warni yang cemerlang dan amat bervariasi,
terutama pada ikan hibrida. Ikan gupi liar warnanya lebih sederhana, meski
jantannya tetap berwarna-warni dengan dua buah bintik hitam seperti mata di
sisi badan: yang satu di bawah sirip punggung dan yang lainnya di atas sirip
dubur[2]. Gupi
liar betina bertubuh tambun dengan warna kuning kecoklatan dan susunan sisik yang membentuk pola seperti jala (reticulata =
dengan pola jaring atau jala), dan perut gendut berwarna putih.
Gupi adalah ikan yang sangat
mudah berkembang biak[3]. Masa kehamilan
ikan ini berkisar antara 21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu
airnya. Suhu air yang paling cocok untuk berbiak adalah sekitar 27 °C
(72 °F).
Alih-alih
bertelur, ikan gupi mengandung dan melahirkan anaknya (livebearers).
Setelah ikan betina dibuahi, daerah berwarna gelap di sekitar anus yang dikenal sebagai ‘bercak
kehamilan’ (gravid spot) akan meluas dan bertambah gelap warnanya.
Menjelang saat-saat kelahirannya, bintik-bintik mata anak-anak ikan dapat
terlihat dari kulit perut induknya yang tipis dan menerawang. Seekor induk gupi
dapat melahirkan burayak (anak ikan) antara 2–100 ekor pada setiap kelahiran,
namun kebanyakan antara 5–30 ekor saja. Beberapa jam setelah persalinan, induk
gupi telah siap untuk dibuahi lagi.
Begitu
keluar dari perut induknya, anak-anak gupi telah mampu hidup sendiri. Berenang,
mencari makanan, dan menghindari musuh-musuhnya. Anak-anak gupi ini umumnya
akan terus bergabung dengan kelompoknya, dan dengan ikan-ikan lain yang lebih
besar. Namun gupi yang telah dewasa tidak akan segan-segan memangsa burayak
yang berukuran jauh lebih kecil; sehingga apabila dipelihara di akuarium,
anak-anak ikan ini perlu dipisahkan dari ikan-ikan dewasa. Burayak-burayak ini,
apabila selamat, akan mencapai kedewasaan pada umur satu atau dua bulan saja.
Itulah sebabnya ikan ini dengan segera dapat melipat-gandakan jumlah anggota
kelompoknya, sehingga dinamai juga ikan seribu.
Sirip
dubur pada ikan jantan mengalami perubahan menjadi gonopodium, yang berfungsi
untuk mengeluarkan sperma yang akan masuk pada tubuh ikan betina[2].
Gupi betina memiliki kemampuan untuk untuk menyimpan sperma, sehingga dapat
hamil berulang kali dengan hanya satu kali kawin.
Faktor
kunci keberhasilan yang lainnya adalah kemampuannya untuk menyesuaikan hidup
dengan pelbagai kondisi perairan, dengan variasi makanan yang beragam. Analisis
terhadap isi perut gupi yang hidup di Danau Buyan,
Bali, menunjukkan bahwa ikan ini terutama memakan zooplankton yang melimpah di sana. Sementara gupi
yang hidup diDanau Bratan dan Batur kebanyakan mengandalkan bahan-bahan
organik yang berada di dasar danau[4].
Gupi
bahkan dapat hidup pada perairan dengan salinitas tinggi (air asin), hingga 150%
salinitas normal air laut.(sumber:wikipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar