Selasa, 13 Oktober 2015

Asal Usul Lele Sangkuriang

Siapa yang tidak mengenal ikan lele sangkuriang? Jenis ikan lele yang diperkenalkan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tahun 2004 ini dengan cepat menjadi primadona para peternak. Namun tahukah Anda bahwa ikan lele Sangkuriang ini masih dari jenis lele dumbo? Terlepas dari kontroversi sepesies lele dumbo, diakui bahwa jenis ikan lele ini lebih produktif untuk dibudidayakan di Indonesia. Sehingga hampir semua peternak lele memilih membudidayakan lele dumbo ketimbang lele lokal (Clarias Batrachus) yang saat itu banyak dibudidayakan. Meski daging lele dumbo tak segurih lele lokal, tetap saja memelihara lele dumbo jauh lebih ekonomis dibanding lele lokal.
Lele dumbo bisa tumbuh jauh lebih cepat, ukurannya lebih bongsor dan lebih tahan terhadap berbagai bibit penyakit. Namun keunggulan lele dumbo semakin hari semakin pudar, karena kualitasnya terus menurun. Menurut para pakar, penurunan tersebut disebabkan karena kesalahan dalam pembenihan lele yang terjadi di masyarakat. Banyak ikan lele dumbo yang dikawinkan dengan kerabatnya sendiri (inbreeding). Hal ini memicu penurunan kualitas indukan lele dumbo. Karena pemijahan benih lele menggunakan calon indukan yang salah, lambat laun benih ikan lele dumbo yang beredar di masyarakat semakin turun kualitasnya.

Proyek ikan lele sangkuriang

Baru pada tahun 2000-an, pemerintah lewat BBPBAT melakukan penelitian untuk meningkatkan kembali kualitas lele dumbo. Dengan menggunakan metode silang balik (back cross) ternyata lele dumbo bisa diperbaiki kualitasnya. Kawin silang balik yang dilakukan BBPBAT adalah mengawinkan indukan betina generasi ke-2 atau biasa disebut F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985, dengan indukan jantan lele dumbo F6.
Perkwainannya melalui dua tahap, pertama mengawinkan indukan betina F2 dengan indukan jantan F2, sehingga dihasilkan lele dumbo jantan F2-6. Kemudian lele dumbo F2-6 jantan ini dikawinkan lagi dengan indukan F2 sehingga dihasilkan ikan lele Sangkuriang.
Proses penelitian ikan lele Sangkuriang memakan waktu yang cukup lama. Dua tahun setelah itu benih lele Sangkuriang baru diperkenalkan secara terbatas. Pengujian dilakukan pada tahun 2002-2004 di daerah Bogor dan Yogyakarta. Baru pada tahun 2004, dikeluarkan Keputusan Menteri Kelautan tentang pelepasan varietas ikan lele Sangkuriang kepada publik.
Perbandingan yang paling mencolok antara ikan lele dumbo dengan ikan lele Sangkuriang antara lain, adalah kemampuan bertelur (fekunditas) ikan lele sangkuriang yang mencapai 40.000-60.000 per kg induk betina dibanding lele dumbo yang hanya 20.000-30.000, derajat penetasan telur dari ikan lele sangkuriang lebih dari 90% sedangkan lele dumbo lebih dari 80%.
Dilihat dari pertumbuhannya, pembesaran harian ikan lele sangkuriang bisa mencapai 3,53% sedangkan lele dumbo hanya 2,73%. Dan, konversi pakan atau Food Convertion Ratio (FCR) ikan lele sangkuriang mencapai 0,8-1 sementara lele dumbo lebih besar sama dengan 1. FCR merupakan nisbah antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan daging ikan. Semakin kecil nisbah FCR semakin ekonomis ikan tersebut dipelihara.
Penamaan ikan lele Sangkuriang mengambil nama seorang anak dari cerita mitologi Sunda. Dalam cerita tersebut adalah seorang anak bernama Sangkuriang yang berhasrat mengawini ibunya sendiri. Mungkin karena hal itulah nama ikan lele Sangkuriang menjadi nama varietas lele hasil silang balik.

Ikan lele Sangkuriang II

Pada tahun 2010, BBPBAT kembali melakukan pengembangan terhadap ikan lele sangkuriang. Kali ini lembaga penelitian plat merah ini mengawinkan lele sangkuriang dengan lele dari sungai Nil, Afrika. Indukan jantan merupakan lele sangkuriang F6 sedangkan indukan betinanya F2 dari Afrika. Indukan dari Afrika ini bobot tubuhnya bisa mencapai 7 kg, diharapkan bisa mendongkrak sifat unggul bagi turunannya.
BBPBAT mengklaim lele sangkuriang II bisa tumbuh 10 persen lebih cepat dari generasi sebelumnya. Ukuran tubuhnya pun lebih bongsor dan yang terpenting lebih tahan terhadap penyakit.
Saat ini ikan lele sangkuriang II belum dilepas untuk umum. Ikan ini masih harus melakukan uji multilokasi. Dari keterangan tertulisnya, BBPBAT melakukan uji multilokasi di Bogor, Boyolali, Gunung Kidul dan Kepanjen.

Jumat, 17 April 2015

Inokulasi Daphnia Magna



Inokulasi Daphnia dapat dilakukan dengan memakai siste maupun
induk Daphnia (Daphnia dewasa). Padat tebar Daphnia awal pada
umumnya antara 20–100 individu perliter media. Inokulan bisa diperoleh
dari hasil budidaya di petani, Balai Benih Air Tawar, Balai Budidaya
ataupun Lembaga Penelitian serta di perairan. Keberadaan Daphnia di
perairan dapat dilihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu untuk
menghitung kepadatan Daphnia pada saat inokulasi maupun masa
budidaya, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau
mikroskop. Daphnia diambil dari dalam wadah, yang telah diaerasi agak
besar sehingga Daphnia merata berada di seluruh kolom air, dengan
memakai gelas piala volume 100 ml. Daphnia dan air di dalam gelas piala
selanjutnya dituangkan secara perlahan-lahan sambil dihitung jumlah
Daphnia yang keluar bersama air.
Apabila jumlah Daphnia yang ada sangat banyak, maka dari gelas
piala 100 ml dapat diencerkan, caranya adalah dengan menuangkan ke
dalam gelas piala 1000 ml dan ditambah air hingga volumenya 1000 ml.
Dari gelas 1000 ml, lalu diambil sebanyak 100 ml. Daphnia yang ada
dihitung seperti cara diatas, lalu kepadatan di dalam wadah budidaya
dapat diketahui dengan cara mengalikan 10 kali jumlah di dalam gelas
100 ml. Sebagai contoh, apabila di dalam gelas piala 100 ml terdapat 200
ekor Daphnia, maka kepadatan Daphnia di wadah budidaya adalah 10 X
200 ekor = 2000 individu per 100 ml.
Daphnia yang dibudidayakan bisa juga berasal dari perairan umum
atau kolam, dan biasanya terbawa dalam aliran air dalam bentuk siste
atau induk dewasa. Oleh karena itu dalam proses budidaya Daphnia
dilakukan pemupukan di dalam wadah budidaya yang bertujuan untuk
menumbuhkan phytoplankton. Kepadatan phytoplankton yang
dibutuhkan untuk budidaya Daphnia adalah 105 - 106 sel/ml media
budidaya. Pemupukan wadah budidaya ini dilakukan dengan cara
mencampur 2,4 gram kotoran ayam dalam 1 liter air media budidaya.
Daphnia memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersel
tunggal, dan detritus. Bakteri dan fungi menduduki urutan teratas dari
nilai nutrisi baginya. Sedangkan makanan utama bagi Daphnia adalah
alga dan protozoa. Daphnia mengambil makanannya dengan cara
menyaring makanan atau “filter feeding”. Gerakan yang kompleks dari
kaki-kaki toraks menghasilkan arus air yang konstan. Gerakan kaki-kaki
tersebut berperan penting dalam proses pengambilan makanan.
Pasangan kaki ketiga dan ke empat dipakai untuk menyaring makanan,
sedang kaki pertama dan kedua digunakan untuk menimbulkan arus air
sehingga partikel-partikel tersuspensi bergerak ke arah mulut. Partikelpartikel
makanan yang tertahan kemudian tersaring oleh setae,
selanjutnya digerakan ke bagian mulut dan ditelan oleh Daphnia.
Daphnia muda berukuran panjang kurang dari 1 mm menyaring
partikel berukuran kecil sampai dengan 20 – 30 mikron, sedangkan yang
dewasa dengan ukuran panjang 2 – 3 mm dapat menangkap partikel
sebesar 60 – 140 mikron. Dalam kondisi makanan yang normal,
penyaringan dan pemasukan makanan ke saluran pencernaan terjadi
terus tanpa irama yang pasti. Penyaringan dan pemakanan partikel
tersuspensi merupakan peristiwa mekanik tanpa seleksi aktif untuk
makanan yang paling baik. Dengan kondisi pemeliharaan yang baik
populasi Daphnia dapat mencapai 800-1000 ind/l.
Oleh karena itu dalam memelihara Daphnia agar tumbuh dan
berkembang harus dilakukan pemupukan susulan yang bertujuan untuk
menumbuhkan phytoplankton, bakteri dan organisme bersel satu lainnya.
Tetapi harus juga diingat dalam pemupukan susulan jumlah pupuk yang
diberikan jangan berlebihan karena hal tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya blooming phytoplankton. Hal tersebut dapat mengakibatkan
kadar amonia yang tinggi dan oksigen terlarut yang sangat rendah dalam
wadah budidaya yang dapat mengakibatkan kematian Daphnia.

Pakan Alami Ikan Guppy Daphnia Magna



Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang
mendiami kolam-kolam, sawah dan perairan umum (danau) yang banyak
mengandung bahan organik. Sebagai organisme air, Daphnia dapat hidup
di perairan yang berkualitas baik. Beberapa faktor ekologi perairan yang
berpengaruh terhadap perkembangbiakan Daphnia antara lain adalah
kesadahan, suhu, oksigen terlarut dan pH.
Cara membudidayakan Daphnia dapat dilakukan dengan
melakukan pemupukan pada wadah budidaya. Hal ini bertujuan untuk
menumbuhkan phytoplankton di dalam wadah budidaya yang digunakan
oleh Daphnia sebagai makanannya agar tumbuh dan berkembangbiak.
Pada budidaya Daphnia di kolam pupuk yang digunakan berupa kotoran
ayam (kering) dengan dosis 1 kg/m2. Selain kotoran ayam, pemupukan
dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran burung puyuh. Dalam
membudidayakan Daphnia sebaiknya wadah budidayanya diletakkan di
ruang terbuka yang mendapat sinar matahari yang cukup dan sangat
dibutuhkan untuk proses fotosintesa phytoplankton.
Kedalaman air pada wadah budidaya Daphnia sebaiknya lebih dari
60 cm, agar Daphnia bisa terhindar dari intensitas cahaya matahari yang
tinggi pada siang hari. Biasanya pada siang hari Daphnia akan berenang
ke dasar wadah untuk menghindari intensitas cahaya dan suhu yang
tinggi. Sebaliknya tingginya intensitas cahaya matahari akan merangsang
phytoplankton untuk tumbuh cepat. Untuk menghindari meluapnya air
pada saat hujan, sebaiknya wadah budidaya Daphnia diberi naungan
dengan atap yang terbuat dari plastik/fiber yang transparan.
Daphnia merupakan salah satu hewan yang sangat sensitif
terhadap kontaminasi bahan kimia. Sebagai contoh apabila wadah
budidayanya baru dibuat maka wadah tersebut harus direndam/dibilas
dengan air sampai wadah tersebut tidak berbau. Untuk budidaya
Daphnia, air yang digunakan sebaiknya memiliki kesadahan 250 mg/liter
CO3 dan pH air dipertahankan sekitar 7 – 8 dengan cara dilakukan
pengapuran di dalam wadah budidaya dengan kapur pertanian. Selain itu
sebaiknya di dalam wadah budidaya Daphnia juga diberi aerator yang
berfungsi untuk menghasilkan oksigen di dalam wadah budidaya agar
nilai oksigen terlarut di wadah tersebut diatas 3,5 ppm dan kadar amonia
kurang dari 0,2 mg/liter.
Dari beberapa parameter kualitas air yang telah diuraikan
sebelumnya dapat diketahui bahwa Daphnia memerlukan kualitas air
yang prima untuk media hidupnya. Sama halnya dengan ikan, oksigen
sangat diperlukan oleh Daphnia untuk mendukung kehidupannya,
sedangkan amonia bersifat racun yang dapat mengakibatkan kematian.
Untuk mempertahankan kondisi air selama masa budidaya agar tetap
prima, maka air harus diaerasi secara kontinyu serta dilakukan
pergantian air. Pergantian air pada media budidaya Daphnia dapat
dilakukan dengan cara penyiponan, yaitu air didalam wadah budidaya
dibuang dengan cara menggunakan selang. Pergantian air ini sangat
bergantung kepada kebutuhan Daphnia di dalam media budidaya.

Penyakit Yang Sering Menyerang Ikan Guppy



1. Saprolegnia

Ciri-ciri ikan yang terserang adalah bercak-bercak putih pada kulit ikan. Perawatannya teteskan alkohol metapen dalam tempat sebanyak 2 tetes dalam satu galon air. Langkah selanjutnya berikan garam dan biarkan beberapa saat.

Berikan juga hydrogen peroksida untuk membunuh bakteri yang melekat pada jaring ikan atau kolam ikan selama 15 sampai 30 detik. Atau bisa juga digunakan malachite green atau methyline blue atau acriflavin sebagai disinfektan.

Cara perawatan
ikan yang terkena infeksi bakteri sebaiknya diberi tambahan ruang sebelum mengobati.

2. Penyakit Bengkak atau Bloat

Ikan tampak gelisah, badan tampak lebih besar karena kembung. Ini disebabkan karena peradangan usus ikan. Isolasi ikan yang terkena, lalu masukkan ke dalam satu galon air yang telah dibubuhi 2 sendok penuh garam Inggris. Biarkan selama 4 atau 6 jam, kemudian tambahkan air lagi dan diamkan dulu selama 12 jam. Setelah sembuh dapat dikembalikan ke tempat asal.

3. Jamur Mulut

Ciri ikan yang terkena jamur mulut mudah dilihat dari warna putih yang terletak di depan mulutnya. Jamur putih tersebut merupakan koloni sangat besar yang menempel pada mulut ikan, sehingga menutup mulut ikan sampai tidak bisa bernapas dan makan, bahkan dapat menyebabkan ikan mati. Pengobatan menggunakan aureomycin 25 mg untuk 1 galon air tambahkan 1 tetes obat merah dan metopen 2 tetes.

4. Penyakit Insang

Ciri ikan yang terkena peradangan insang biasanya disebabkan oleh organisme virus. Ciri pada penyakit ini insang membuka, malas makan dan selalu di atas permukaan air. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa bakteri dan jamur dan paling sulit untuk diatasi.

Ciri ikan ini jika mati insangnya tampak memerah dan membusuk lebih cepat dari badannya. Beberapa cara yang sudah berhasil dilakukan adalah dengan memberikan metapen mercurochrome direndam beberapa saat secara bersamaan kemudian lakukan perawatan dengan menggunakan air garam dan memberikan tempat yang lebih besar dan luas.

5. Penyakit Kembung

Ciri-ciri ikan yang terkena peradangan perut antara lain ikan tampak sulit berenang ke dasar. Cara mengatasinya berikan 1 sendok teh garam Inggris tiap 1/2 liter air, dan rendam ikan selama 3 sampai 4 jam, kemudian pindahkan ikan ke dalam tempat yang ketinggian airnya 3 kali tinggi badan ikan. Masih ada beberapa penyakit yang sudah umum diketahui, misalnya kutu atau jarum.